Stand nasi glewo Mak Lis di Festival Kuliner Pulang Semarang 2025. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Festival Kuliner Pulang Semarang sendiri merupakan gelaran
festival yang rutin diadakan setiap tahun. Pada penyelenggaraan festival
sebelumnya, tahun 2023, saya sempat hadir mengunjungi dan reportasenya saya
tulis untuk Telusuri.id dengan judul Menyantap Nasi Glewo Koyor dan Es Puter Conglik di Festival Kuliner Pulang Semarang.
Adapun pada penyelenggaraan Festival Kuliner Pulang Semarang
tahun 2024 saya absen, tidak bisa menyempatkan waktu untuk mengunjungi, karena
agenda lebaran yang padat. Pada festival tahun 2025 ini nyaris juga terlewat,
hingga akhirnya saya dapat menyempatkan mengunjunginya pada hari terakhir
festival.
Tentang Festival Kuliner Pulang Semarang
Festival Kuliner Pulang Semarang menjadi agenda rutin
tahunan bagi komunitas Kuliner Semarang Brotherfood. Festival dihelat untuk
menyediakan destinasi kuliner bagi para pemudik, sehingga frasa yang dipakai
untuk gelaran festival ini adalah “Pulang Semarang”.
Gerbang masuk ke arena Festival Kuliner Pulang Semarang 2025 di arena parkir Metro Point, Kota Lama, Semarang. (Badiatul Muchlisin Asti) |
“Maka, yang second class dan cita rasanya sebenarnya
relatif tak jauh beda dengan yang sudah populer, saya ajak gabung membuka stan
di festival ini,” terang Firdaus Adinegoro, sosok di balik gelaran Festival
Kuliner Pulang Semarang, saat saya berkesempatan ngobrol santai dengannya sore
itu.
“Dan karena (di festival) lebih banyak pilihan
(kuliner)-nya, lintas usia, sejak anak-anak, remaja hingga dewasa, festival
menjadi magnet tersendiri bagi para pemudik,” jelas Pak Firdaus—begitu saya
menyapanya, lebih lanjut.
Juga saat lebaran, lanjut Pak Firdaus lagi, umumnya banyak
rumah makan yang tutup, sehingga festival kuliner ini menjadi pilihan destinasi
kuliner saat lebaran. Adapun soal variasi menu yang ditawarkan, sejauh ini memang
belum banyak perubahan.
“Belum muncul menu yang surprised,” katanya.
Firdaus Adinegoro, sosok di balik gelaran Festival Kuliner Pulang Semarang. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Kesuksesan Festival Kuliner Pulang Semarang yang boleh
dibilang sudah menjadi agenda rutin tahunan, menjadikan Pak Firdaus mengaku
ingin membuat festival serupa di sejumlah kota/kabupaten di Jawa Tengah.
“Karena fenomenanya sama, para pemudik butuh destinasi wisata kuliner pada
momentum lebaran,” terangnya.
Nasi Glewo Koyor, Kuliner Khas Semarang
Saat saya berkeliling dari stan satu ke stan lainnya,
sejumlah stan memang sudah tutup. Atau belum buka, saya tidak tahu. Sejumlah
kuliner khas Semarang saya lihat ada di festival, seperti tahu gimbal dan
lumpia. Es puter congklik, menurut informasi Pak Firdaus juga ada, tapi saya
lihat stannya tutup. Dan satu lagi, yang selalu memantik saya untuk
mencicipinya, yaitu nasi glewo.
Menurut saya, nasi glewo ini kuliner khas Semarang yang ‘aneh’
tapi nyata. Secara taste, menurut saya, enak. Sekilas mirip dengan nasi
gandul khas Pati, tapi kenapa kuliner ini sulit ditemui di Semarang. Artinya, kenapa nyaris
tidak ada warung yang eksis dengan menu nasi glewo di Semarang.
Sejauh ini, nasi glewo hanya muncul di festival saja. Saat
saya tanya, kenapa hal itu bisa terjadi, Pak Firdaus juga tak punya jawaban
pasti.
Nasi glewo koyor Mak Lis yang telak eksis sejak tahun 1955. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Di festival yang tahun 2023, penjualnya bernama Ira
Agustini, perempuan asal Bangka Belitung yang hijrah ke Semarang karena kerja
dan akhirnya menjajal peruntungan membuka katering di daerah Tlogobiru,
Pedurungan.
Menurut infomasi yang disampaikan Pak Firdaus, Mbak Ira Agustini pulang ke kampung halamannya di Bangka Belitung. Pada festival tahun ini, stan nasi glewo diisi oleh pelapak lain, yaitu nasi glewo Mak Lis. Menurut informasi yang saya peroleh, nasi glewo Mak Lis pernah mangkal di lantai basement dekat parkir Java Supermall Semarang.
Dan informasi terbaru yang saya dapatkan, mulai 5 Mei 2025 nanti, nasi glewo koyor Mak Lis akan mangkal di Jalan MT Haryono, depan SD Pangudi Luhur Santo Yusuf, mulai buka pukul 18.00.
Di stan nasi glewo, saya dilayani Rafa, seorang remaja berusia 20 tahun. Kepada saya, Rafa mengaku hanya ‘dikontrak’ untuk menjaga stan selama festival berlangsung. Saat saya tanya soal pengunjung, Rafa bilang, dua hari terakhir pengunjung menurun. Terbanyak pengunjung, menurutnya, saat lebaran.
Ada empat pilihan isian nasi glewo yang ditawarkan di stan
nasi glewo yang dijaga Rafa, meliputi: nasi glewo daging, nasi glewo koyor,
nasi glewo paru, dan nasi glewo telur. Saya memilih nasi glewo koyor yang
secara entitas lebih otentik sebagai isian nasi glewo.
Rafa pun segera meracikkannya untuk saya. Seporsi nasi glewo
koyor ditaruh di paper bowl ukuran sedang, yang lebih dari cukup
menuntaskan keinginan saya mencicipi cita rasa nasi glewo koyor.
Rafa sedang melayani pengunjung yang memesan nasi glewo daging. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Sayang, kuliner seenak ini, masih sulit dijumpai di Semarang.
Sejauh yang saya tahu, belum ada warung yang menjualnya, yang bisa dijadikan
jujugan sewaktu-waktu bila pengin menyantapnya, kecuali nasi glewo Mak Lis yang
informasinya baru saya peroleh.
Es Selendang Mayang Khas Betawi
Ingin ‘dejavu’ seperti tahun 2023, setelah menyantap nasi
glewo koyor kemudian lanjut menyeruput es puter conglik yang sangat legendaris
di Semarang—tapi ternyata stannya (sudah) tutup. Akhirnya, pilihannya jatuh
pada es selendang mayang, minuman tradisional khas Betawi.
Stan es selendang mayang di Festival Kuliner Pulang Semarang 2025. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Digambarkan, rambut Mayangsari ikal terurai, berhidung mancung, serta memiliki mata yang indah meneduhkan. Orang-orang mengasumsikan Mayangsari sebagai inspirasi nama untuk minuman dengan tampilan menarik dan segar, sehingga selendang mayang ini diibaratkan dapat dinikmati bagi pandangan mata dan rasa.
Selendang mayang mirip agar-agar tetapi lebih kenyal dan
lembut. Terbuat dari tepung hunkwe dan tepung tapioka yang dicetak dalam loyang
besar seperti tampah.
Secara tradisional, selendang mayang disajikan dengan cara
dipotong-potong menggunakan pisau dari bilah bambu, dimasukkan ke dalam mangkuk
atau gelas, lalu disiram kuah santan, diberi sirop gula merah, dan es batu.
Cita rasa gurih santan berkolaborasi dengan manisnya sirop gula merah. Semakin
nikmat dan segar dengan tambahan es batu.
Es selendang mayang dengan tambahan pugas yang meriah. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Di Festival Kuliner Pulang Semarang, es selendang mayang
tampil plus, dalam arti tampil dengan tambahan pugas yang meriah. Ada tambahan
dawet, sagu mutiara, cincau, potongan buah nangka, dan avokad. Seporsi es
selendang mayang pun bikin perut kenyang hahaha…
Oleh-oleh Ayam Asap
Sebelum pulang, saya membawa oleh-oleh sekedar untuk
icip-icip yang di rumah. Ayam asap yang saya pilih karena saya belum pernah
mencicipinya. Ayam asap sendiri, sesuai namanya, adalah salah satu jenis daging
ayam olahan yang dimatangkan dengan cara diasap. Dagingnya empuk dan juicy.
Menjadikan ayam asap sebagai oleh-oleh, sekadar icip-icip untuk keluarga di rumah. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Sebagai sebuah even tahunan, bagi saya, Festival Kuliner Pulang Semarang perlu dipertahankan, bila perlu dikembangkan dengan menggandeng pelaku kuliner lainnya yang menawarkan variasi menu khas yang sejauh ini jarang dijumpai.
Sampai jumpa di Festival Kuliner Pulang Semarang tahun yang akan
datang ya!