GpOpBUdpGSz7TfA0TSG7TpAlTi==

Headline:

Membeli Getuk Kethek, Oleh-oleh Khas Salatiga yang Ikonis Sejak 1965

Getuk Kethek, oleh-oleh khas Salatiga yang ikonis dan legendaris. (Badiatul Muchlisin Asti)

Tulisan ini adalah bagian ketiga atau bagian terakhir dari tiga tulisan memoar saya sehari menjelajah kuliner bersejarah khas Salatiga. Silakan baca tulisan sebelumnya Sarapan Nasi Tumpang Koyor Mbah Rakinem Sejak 1950 dan Menyantap Soto Esto Khas Salatiga Sejak 1940.

Tak lengkap rasanya kulineran tanpa membawa oleh-oleh khas daerah setempat. Karenanya, saya pun mengagendakan membeli oleh-oleh khas Salatiga. Getuk kethek akhirnya yang saya pilih. Getuk kethek sendiri adalah kuliner yang juga termasuk dalam daftar 10 kuliner bersejarah khas Salatiga yang ditetapkan oleh Pemkot Salatiga.

Pukul lima belas kurang sedikit saat misi utama saya mengisi acara literasi usai. Saya pun bergegas menempuh perjalanan pulang kembali ke Grobogan. Namun, sebelum pulang, terlebih dahulu, saya bertolak menuju Jalan Argo Tunggal 9, Salatiga—tempat kedai getuk kethek berada.

Asal-usul Nama Getuk Kethek

Apa yang istimewa dari getuk kethek? Kalau saya, pertama-tama tentu soal namanya yang unik dan eksentrik. Kenapa kok disebut getuk kethek? Ini yang membuat penasaran.

Monyet di depan rumah usaha getuk kethek yang memperkuat brand getuk kethek. (Badiatul Muchlisin Asti) 
Getuk kethek sebenarnya adalah sejenis getuk satu rasa alias getuk pada umumnya. Berbeda dengan getuk ala Magelang yang menamakan diri sebagai getuk tiga rasa. Namun, nama getuk satu rasa kurang populer, yang populer dan moncer justru nama getuk kethek.

Dari mana nama kethek berasal? Ternyata, nama kethek berasal dari monyet yang dipelihara oleh pemilik usaha getuk. Monyet itu diikat pada sebatang pohon di teras rumah. Adanya monyet itulah yang membuat warga kerap menyebut getuk kethek. Kethek adalah bahasa Jawa yang berarti monyet.

Berfoto di depan tempat usaha getuk kethek di Jalan Argo Tunggal 9, Salatiga. (Badiatul Muchlisin Asti)
Hingga saat ini, bila kita bertandang ke kedai Getuk Kethek di Jalan Argo Tunggal No. 9 Salatiga, kita masih bisa menjumpai monyet itu di teras rumah. Meski monyetnya konon sudah berganti, namun monyet di teras rumah itu seolah menjadi ikon yang dilestarikan untuk memperkuat brand getuk kethek. 

Getuk Kethek Dirintis Sejak 1965

Getuk kethek sendiri memiliki jejak historis yang panjang. Dirintis Suwarni sejak tahun 1965-an. Lalu beralih generasi tahun 1988—diteruskan oleh anaknya yang bernama Santoso, hingga sekarang. Getuk kethek dijual per box berisi 20 potong. Tersedia dua pilihan, yang original (basah) dan yang goreng.

Infografis tentang getuk kethek, kuliner legendaris khas Salatiga yang dibuat oleh Pemkot Salatiga. (Badiatul Muchlisin Asti)
Getuk kethek digemari tidak hanya oleh warga lokal Salatiga, namun juga pendatang dari berbagai penjuru luar kota. Getuk kethek kini telah menjelma menjadi oleh-oleh khas Salatiga yang cukup populer.

Penjelajahan saya terhadap kuliner bersejarah khas Salatiga berhenti hanya pada tiga kuliner itu saja  mengingat keterbatasan waktu. Mobil yang saya tumpangi pun bergegas melaju menuju Grobogan—kota tinggal saya, berharap esok bisa mencicipi kuliner bersejarah khas Salatiga lainnya. (Habis)

Daftar Isi

 


 


Formulir
Tautan berhasil disalin