![]() |
Getuk Kethek, oleh-oleh khas Salatiga yang ikonis dan legendaris. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Tulisan ini adalah bagian ketiga atau bagian terakhir dari tiga tulisan memoar saya sehari menjelajah kuliner bersejarah khas Salatiga. Silakan baca tulisan sebelumnya Sarapan Nasi Tumpang Koyor Mbah Rakinem Sejak 1950 dan Menyantap Soto Esto Khas Salatiga Sejak 1940.
Tak lengkap rasanya kulineran tanpa membawa
oleh-oleh khas daerah setempat. Karenanya, saya pun mengagendakan membeli
oleh-oleh khas Salatiga. Getuk kethek akhirnya yang saya pilih. Getuk kethek sendiri adalah kuliner yang juga termasuk
dalam daftar 10 kuliner bersejarah khas Salatiga yang ditetapkan oleh Pemkot Salatiga.
Pukul lima belas kurang sedikit
saat misi utama saya mengisi acara literasi usai. Saya
pun bergegas menempuh perjalanan pulang
kembali ke Grobogan. Namun, sebelum pulang, terlebih dahulu, saya bertolak menuju Jalan Argo
Tunggal 9, Salatiga—tempat kedai getuk kethek berada.
Asal-usul Nama Getuk Kethek
Apa yang istimewa dari getuk kethek? Kalau saya,
pertama-tama tentu soal namanya yang unik dan eksentrik. Kenapa kok disebut getuk kethek? Ini yang membuat
penasaran.
![]() |
Monyet di depan rumah usaha getuk kethek yang memperkuat brand getuk kethek. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Dari mana nama kethek berasal? Ternyata, nama kethek berasal dari monyet yang dipelihara oleh pemilik usaha getuk.
Monyet itu diikat pada sebatang pohon di teras rumah. Adanya monyet itulah yang
membuat warga kerap menyebut getuk kethek. Kethek adalah bahasa Jawa yang berarti monyet.
![]() |
Berfoto di depan tempat usaha getuk kethek di Jalan Argo Tunggal 9, Salatiga. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Getuk Kethek Dirintis Sejak 1965
Getuk kethek sendiri memiliki jejak historis yang
panjang. Dirintis Suwarni sejak tahun 1965-an. Lalu beralih generasi tahun
1988—diteruskan oleh anaknya yang bernama Santoso, hingga sekarang. Getuk kethek dijual per box
berisi 20 potong. Tersedia dua pilihan, yang original (basah) dan yang goreng.
![]() |
Infografis tentang getuk kethek, kuliner legendaris khas Salatiga yang dibuat oleh Pemkot Salatiga. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Penjelajahan saya terhadap kuliner bersejarah khas Salatiga berhenti hanya pada
tiga kuliner itu saja mengingat keterbatasan
waktu. Mobil yang saya tumpangi pun bergegas melaju menuju Grobogan—kota
tinggal saya, berharap esok bisa mencicipi kuliner bersejarah khas Salatiga lainnya.
(Habis)