Buku "Sunan Ngatas Angin (Pangeran Penatas Angin): Riwayat Hidup, Perjuangan, dan Pepali" terbit di bulan Desember 2024. |
Ini adalah lawatan kedua saya ke kampung sentra pande besi ini. Sebulan sebelumnya, pada Jumat (25/8/2023), saya sudah berkunjung ke kampung ini untuk tujuan observasi awal sehubungan dengan rencana saya mengangkat potret kampung ini ke dalam sebuah video.
Banyak hal menarik di kampung ini. Salah satunya yang paling
menonjol tentu adalah geliat penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian
sebagai pande besi. Dari data yang saya peroleh, ada 300-an warga kampung ini
yang berprofesi sebagai pande besi.
Mereka membuat perkakas tajam berupa alat dapur dan
pertanian seperti pisau, cangkul, sabit, golok, dan lain-lainnya.
Berziarah ke makam Syekh Maulana Penatas Angin dibersamai sejumlah tokoh agama dan masyarakat. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Dari sudut sejarah itulah, kemudian saya diajak berziarah ke
makam Syekh Maulana Penatas Angin yang makamnya berada di kompleks Pemakaman Gedong
Dusun Tahunan.
Ziarah saya dibersamai sejumlah tokoh kampung Tahunan antara
lain Ust. Saiful Anam (tokoh agama), Taufik Kurniawan (tokoh pemuda), Akhmad
Turkhamun dan Farid Muhammad Fadhila (pelaku pande besi), dan sejumlah tokoh
lainnya.
Khusus dengan Ust. Saiful Anam, saya intens bercakap terkait
riwayat Syekh Maulana Penatas Angin, yang kemudian saya ketahui beliau adalah
murid Sunan Kalijaga yang berasal dari Kerajaan Gowa bernama asli Daeng
Mangemba Nattisoang.
Bercakap dengan Farid Fadhila (21), salah seorang pelaku pande besi termuda di Dusun Tahunan. (Badiatul Muchlisin Asti) |
Secara hirarkis mungkin seperti tidak ada kaitannya, karena
budaya pande besi warga Dusun Tahunan lebih sering dikaitkan dengan sosok historis
lain, yaitu Mpu Supo—adik ipar Sunan Kalijaga—yang diyakini pernah singgah di Tahunan.
Bahkan saat awal berkunjung ke Dusun Tahunan, saya disodori
sebuah umpak dan palu besi kuno oleh salah seorang pande besi senior Dusun
Tahunan bernama Mbah Wargo, berusia 71 tahun. Umpak dan palu itu diyakini
merupakan warisan dari Mpu Supo yang diwariskan kepadanya secara turun-temurun.
Namun, terkait budaya pande besi itu, Ust Saiful punya
analisis menarik tentang Syekh Maulana Penatas Angin dalam kaitannya dengan budaya
pande besi Dusun Tahunan. Analisis itu kemudian dituturkannya di video yang
kami buat yang tayang di channel YouTube saya: Badiatul Muchlisin Asti.
Bahkan pada lawatan pertama, Ust. Saiful menyodorkan kepada saya sebuah naskah ketikan komputer yang dibuat sepeti layaknya sebuah buku (fotokopian) yang berjudul Mengenal Riwayat Pangeran Natas Angin (Pangeran Penatas Angin).
Naskah itu ditulis oleh Supriyo Syakip, yang kemudian saya
tahu beliau adalah seorang pemerhati sejarah dan tinggal di Demak. Di dalam
naskah ini dikupas riwayat hidup Syekh Maulana Penatas Angin sejak lahir hingga
wafatnya.
Sejak awal saya menerima naskah itu, saya langsung bilang ke
Ust. Saiful bahwa saya tertarik untuk menerbitkan naskah ini menjadi buku.
Alasannya, agar naskah ini terdokumentasi secara lebih baik sebagai sumber literasi
dan referensi yang nantinya bisa dengan mudah diakses dan disimpan oleh
sebanyak-banyaknya masyarakat.
Setelah lawatan itu, bahkan setelah video tayang, berbulan-bulan kemudian saya sempat “melupakan” naskah itu karena harus berjibaku dengan naskah-naskah lainnya yang harus saya garap penerbitannya.
Namun, atas izin Allah, alhamdulillah akhirnya naskah
itu terbit juga pada Desember 2024 ini. Setelah sebelumnya saya sempatkan
bersilaturahim ke kediaman Kiai Supriyo di Demak guna meminta izin untuk
menerbitkannya.
Buku saya beri judul Sunan Ngatas Angin (Pangeran Penatas Angin): Riwayat Hidup, Perjuangan, dan Pepali. Buku bisa diorder lewat no WhatsApp: 0888-255-1977.